LENSAKITA.ID-KOLAKA. Miris, entah apa yang merasuki dari tim Bakal Calon Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Purnawirawan Mayor Jenderal TNI Andi Sumangerukka, (ASR). Bagaimana tidak warga Sultra dan khusus Kolaka heboh dengan ditemukannya ribuan karung beras 5 kilogram, Sabtu (10/12) di rumah adat mekongga yang seharusnya tempat tersebut disakralkan dan hanya digunakan untuk prosesi atau kegiatan adat dan budaya suku Tolaki.
Bahkan perbuatan tim ASR yang menjadikan rumah adat sebagai gudang penyimpanan beras, ini dinilai sebagai pelecehan dan perbuatan yang tidak menghargai adat dan budaya suku Tolaki di tanah Mekongga. Puluhan organisasi adat tamalaki turun mengutuk tindakan tersebut.
Hal tersebut di sampaikan langsung oleh Wakil Ketua Tamalaki Wonua Mekongga (Waawu Mekongga), Iwan Ogdo. Ia mengungkapkan jika awalnya informasi tentang adanya ribuan karung beras di rumah adat ini, didapat dari masyarakat.
“Dapat informasi tersebut, sempat tidak percaya. Namun setelah kami turun bersama beberapa teman, memang benar tampak ribuan karung beras memenuhi ruangan rumah adat dan teras,” kata Iwan, Minggu (11/12).
Menurut Iwan, melihat rumah adat yang penuh dengan karung beras yang bergambar salah satu bakal calon gubernur yakni ASR, pihaknya lalu menghubungi keluarga untuk dilakukan tindakan.
“Miris memang dan sangat melukai perasaan. Meskipun semalam (Sabtu,red) beras itu telah dikeluarkan pemilik beras tersebut dari dalam rumah adat, namun tetap saja perbuatan tersebut melukai hati khususnya Suku Tolaki ,” jelas Iwan.
Sementara itu salah satu tokoh muda Kolaka, Murhanuddin sangat menyangkan kejadian tersebut dan menilai bahwa tim ASR telah melakukan pelecehan terhadap rumah adat yang disakralkan.
“Rumah adat tersebut hanya berisi benda peninggalan leluhur dan digunakan untuk prosesi adat dan budaya. Akan tetapi dipakai untuk kepentingan individual yang bisa merusak nilai-nilai kesakralan rumah adat tersebut,” ujarnya.
Pria yang biasa disapa Gepeng ini, meminta pihak yang terlibat dalam penyimpanan beras tersebut bertanggung jawab dan harus berani bersuara.
“Ini cara-cara yang kurang baik dan tidak etis. Meskipun kita telah memasuki tahun politik namun tidak seyogianya para kandidat ini menunjukkan pendidikan politik yang kurang baik,” tuturnya.
Murhanuddin juga mengajak semua elemen masyarakat Kolaka dan Sulawesi Tenggara untuk berhati-hati dalam menentukan pilihannya politiknya di Tahun 2024. Bakal calon yang sudah mulai menebar teror beras menunjukan ketidak mampuan dalam mengambil hati masyarakat.
“Beras politik, tidak pantas ada dirumah adat. Memang di Kolaka ini sudah tidak ada lagi gudang penyimpanan, rumah adat ini bukan posko pemenangan,” imbuh Muharddin.
Murhanuddin menambahkan, para kandidat calon pemimpin untuk tidak mengunakan startegi hambur beras, yang kemudian bisa diasumsikan bahwa suara masyarakat bisa dibeli hanya dengan 1 liter beras.
“Harus ada yang bertanggung jawab, masyarakat Sultra dan Kolaka sudah cerdas, bukan masyarakat yang suaranya akan dibeli dengan 1 liter beras. Ini sangat memalukan memakai rumah adat tempat penyimpanan beras politik,” tutup Murhanuddin dengan nada tinggi.
Laporan : Lensakita.id