Lensakita.id-Boyolali, Meski pandemi Covid-19 belum usai, usaha kerajinan logam di kawasan industri kerajinan logam di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jateng masih eksis. Bahkan, pesanan dari luar negeri pun tetap berdatangan.
Hanya saja, kini persaingan semakin berat. Selain munculnya produk asing, para perajin juga menghadapi kendala berupa kenaikan harga bahan baku logam. Keuntungan pun menipis karena perajin tak bisa serta merta menaikkan harga jual.
Kenaikan harga logam per lembar mencapai 25 persen, beruntung jumlah itu diimbangi dengan meningkatnya permintaan,” kata Manto (53) perajin. Sebelumnya harga bahan baku logam kuningan dengan ukuran tebal satu milimeter rata-rata sekitar Rp 1,8 juta – Rp 2,2 juta per lembar. Kini berkisar antara Rp 2,250 juta – Rp 2,5 juta per lembar.
Sedangkan logam kuningan yang paling tebal dari harga Rp 12 juta per lembar, kini tembus hingga Rp 15 juta. Manto mengakui untuk saat ini, kenaikan harga bahan baku logam ini tak sebanding dengan harga jual produk kerajinan.
Langkah itu memang harus dilakukan untuk menghindari pelanggan pindah dengan memesan produk kerajinan tembaga dari negara lain. “Memang kenaikan harga bahan baku luar biasa. Nanti harga jual produk juga akan kita naikkan tetapi secara bertahap.” Ungkap Manto
Disebutkan bahan baku logam kuningan yang kualitasnya bagus, harus didatangkan dari Jepang, Itali dan Bugaria.
“Untuk mendapatkan logam yang baik, para perajin selalu terkendala modal, tetapi apapun kami lakukan meskipun harus menggadaikan lahan pertanian.”Ungkapnya
Bahkan beberapa pesanan produk yang telah selesai dikerjakan belum dapat dikirim ke Arab.
”Sejak awal tahun ini mulai membaik. Ada pesanan seperti interior gereja, dan lampu taman hingga kubah masjid.”Imbuhnya
Perajin lain, Supono menambahkan, produksi kerajinan logam Tumang memiliki kualitas bagus dan digemari konsumen luar negeri. Desainnya khas karena dikerjakan secara manual, sehingga bisa bersaing dengan produk pabrikan luar negeri.
“Kami produk menang didesain dan semuanya dibuat dengan cara tradisional sehingga sulit ditiru.” Tutupnya
Laporan – Muhammad Riyadi